Al Fatih: Sosok Pemimpin Pemberani

Umurnya baru 22 tahun ketika dilantik sebagai khalifah. Namun, Sultan Muhammad II bergelar Al Fatih itu berani dan yakin memutuskan membebaskan ibukota Romawi Timur, Konstantinopel (kini Istanbul), untuk mewujudkan janji Nabi Muhammad SAW bahwa, "Konstantinopel akan ditaklukkan di tangan seorang laki-laki. Maka, orang yang berkuasa di sana adalah sebaik-baiknya penguasa, dan tentaranya adalah sebaik-baiknya serdadu." (HR Ahmad). Dua tahun kemudian (tahun 1453) beliau sukses memenuhi janji Nabi (Dr Ali M Ash Shalabi dalam Daulah Utsmaniyah). Pengambilan keputusan itu jelas perlu keberanian tinggi. Betapa tidak, puluhan khalifah (pemimpin Islam pengganti Nabi SAW) sebelumnya selalu gagal. Apalagi, tidak sedikit para pejabatnya yang membujuk agar mengurungkan niatnya dengan alasan Daulah Islam takkan mampu melawan aliansi Romawi Timur dan negara-negara Eropa.

Keberanian Al Fatih juga terbukti di lapangan. Beliau benar-benar berada di antara pasukan Muslim dan musuh. Padahal, mereka hanya berjarak puluhan meter. Lalu, karena Konstantinopel dikelilingi laut, maka saat melakukan itu guna memompa semangat juang pasukannya, beliau menceburkan diri bersama kudanya hingga permukaan laut mencapai dada kudanya.
Bahkan, saat berjihad di kawasan Balkan (Bosnia, Serbia, Kroasia, dan lain-lain) beberapa tahun kemudian, setelah pasukan beliau sempat dipukul mundur oleh pasukan musuh yang menghadang dengan meriam-meriam di balik pepohonan, Al Fatih berinisiatif memacu kudanya secepat mungkin mencapai hutan, tempat musuh berada. Tindakan yang diikuti serdadunya itu membuat musuh tidak sempat lagi menghujani mereka dengan mortir.
Inilah profil seorang pemimpin umat terbaik. Bahwa seorang pemimpin wajib mempunyai keberanian melebihi orang yang paling berani dari rakyatnya, bahkan tentaranya. Berani membuat keputusan, berani mempersiapkan dan mempertahankannya hingga berhasil, dan berani melawan siapa dan apa pun yang menghadang, termasuk meriam sekalipun. Bagaimanapun, "Sesungguhnya imam (pemimpin atau kepala pemerintahan) itu seperti perisai (bagi rakyatnya)." (HR Muslim). Perisai berfungsi melindungi, dan selalu lebih dulu menghadapi ancaman dan serangan.
Adalah ironis bila ada pemimpin umat yang penakut, padahal baru menghadapi ancaman yang belum tentu terjadi. Apalagi, jika sampai mengajak rakyat ikut-ikutan takut seperti dirinya. Seperti Al Fatih, kita memang perlu rajin membaca dan mendalami Alquran, hadis-hadis shahih serta kisah pemimpin Islam terbaik. Itu agar tidak lagi ragu-ragu atau takut ketika program kerja sesuai petunjuk dan hukum Allah, seperti pemberantasan korupsi, perlindungan umat dari pemurtadan, dan ancaman fisik musuh-musuh Allah. "Mengapa kamu takut kepada mereka (orang kafir dan zalim) padahal Allah yang berhak kamu takuti jika kamu benar-benar beriman."
(QS At Taubah: 13).

Tidak ada komentar: